Abu Ayyub al-Ansari
Biografi Salah Satu Sahabat Nabi yg terkenal....
cekidotttt....
Abu Ayyub al-Ansari
Abu Ayyub al-Ansari (Bahasa Arab:أبو أيوب الأنصاري) adalah Sahabat Nabi Muhammad SAW. Ia bernama asli Khalid bin Zaid bin Kulayb.
Abu Ayyub al-Ansari berasal dari Bani an-Najjar, Ia mendapatkan kehormatan menjadi tuan rumah Rasulullah ketika Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekkah ke Madinah. Ia mengikuti setiap pertempuran dalam membela Islam. Sampai pada zaman Muawiyah bin Abu Sufyan, Ia ikut bertempur melawan kekaisaran Romawi. Ia dimakamkan di Konstantinopel. Pada zaman pemerintahan Muhammad al-Fatih memerintah Kesultanan Utsmaniyah, Ia dijadikan idola sebagai pahlawan yang membebaskan kota Konstantinopel.
Ketika Rasulullah SAW memasuki Madinah, setiap orang berlomba-lomba agar
beliau berhenti di rumahnya. Namun, Rasulullah shallallahu SAW menunjuk
ke arah untanya dan berkata, “Biarkanlah unta ini. Sesungguhnya unta
ini telah diperintahkan.” Di depan rumah Malik bin Najjar, duduklah unta
tersebut di dekat rumah Abu Ayub al-Anshari, Khalid bin Zaid. Selama
membangun masjid dan rumah, Rasulullah SAW menetap di kediamannya dan
Abu Ayub sungguh-sungguh memuliakan kunjungan Rasulullah SAW. Ia bersama
istrinya melayani beliau dengan pelayanan sebaik-baiknya. Abu Ayub
Al-Anshar juga salah seorang yang turut serta dalam bai’at Aqabah kedua.
Istrinya adalah teman dekat Sayidah Aisyah. Tatkala penduduk Mekah
membicarakan berita bohong yang menuduh Aisyah berselingkuh dengan pria
yang bernama Shafwan bin Mu’atthal, ia bertanya kepada Abu Ayub,
suaminya, “Wahai Abu Ayub, apakah engkau sudah mendengar pembicaraan
orang tentang Aisyah?” Abu Ayub menjawab, “Ya, demi Allah itu adalah
dusta.” Lalu Abu Ayub balik bertanya, “Wahai Ummu Ayub, apakah engkau
melakukan perbuatan yang mereka tuduhkan kepada Aisyah itu?” la pun
menyahut, “Demi Allah, aku tidak melakukan perbuatan itu.” Abu Ayub
kembali berkata, “Demi Allah, sesungguhnya Aisyah lebih suci dan lebih
bertakwa daripada dirimu.” Suatu ketika, pada saat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi tamu di rumah Abu Ayub dan tinggal
di ruang bawah, secara tidak disengaja air tumpah ke atas lantai. Ummu
Ayub pun takut kalau air itu akan mengenai Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, namun ia tidak menemukan selain sepotong kain sutera
yang mahal harganya. Maka, Ummu Ayub pun segera mengambilnya untuk
mengeringkan air itu. Semoga Allah meridhai Abu Ayub dan istrinya. Abu
Ayub tidak pernah absen dalam satu peperangan pun. Ia memegang teguh
firman Allah SWT, “Berangkatlah kalian dalam keadaan ringan maupun berat
dan berjihadlah dengan harta dan jiwa kalian di jalan Allah.” (QS.
at-Taubah: 41) Abu Ayub bergabung dengan Ali bin Abi Thalib untuk
menghadapi Mu’awiyah karena Ali pada saat itu adalah Imam kaum Muslimin.
Pada saat Mu’awiyah berkuasa, ia rindu untuk ikut berperang, sekalipun
usianya telah lanjut. Karenanya, ia pun berangkat bersama pasukan Yazid
menuju Kostantinopel. Ketika ajal akan menjemputnya, Abu Ayub meminta
agar pasukan Muslimin mendekati benteng Konstantinopel bersamanya.
Kemudian tentara Islam berperang di hadapannya sampai mereka berhasil
meraih apa yang mereka cita-citakan. Abu Ayub pun akhirnya gugur sebagai
syahid dan dimakamkan di sana, yang kemudian kuburannya diziarahi oleh
orang-orang Romawi seperti menziarahi kuburan seseorang yang dianggap
suci oleh mereka.
Lutfi Fauzi /
Author & Editor
Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.
0 komentar:
Posting Komentar